PEGERTIAN BUMI
Teori Descartes dan Suess
Bumi adalah planet tempat yang
tinggal oleh seluruh makhluk hidup beserta isinya. sehinggah kiira-kira 250
juta tahun yang lalu sebagian besar kerak benua di Bumi merupakan satu massa
daratan yang dikenal sebagai Pangea. Kemudian, kira-kira dua ratus juta tahun
yang lalu Pangea terpecah menjadi dua benua besar yaitu Laurasia, yang sekarang
terdiri dari Amerika Utara, Eropa, sebagian Asia Tengah dan Asia Timur; dan
Gondwana yang terdiri dari Amerika Selatan, Afrika India, Australia dan bagian
Asia lainnya. Bagian-bagian tersebut dan dua benua besar ini kemudian
terpecah-pecah, hanyut dan bertubrukan dengan bagian lain.
Menurut teori yang relatif baru,
ketidakstabilan cakram, rumpun debu dan gas terikat bersama di awal kehidupan
tata surya. Seiring waktu, rumpun ini perlahan-lahan memadat menjadi planet
raksasa. Planet-planet ini dapat terbentuk lebih cepat daripada saingan akresi
inti mereka, kadang-kadang hanya dalam waktu seribu tahun, memungkinkan mereka
untuk menangkap gas-gas ringan yang menghilang dengan cepat. Mereka juga dengan
cepat mencapai massa penstabil orbit yang menjaga mereka dari maut menuju
matahari.
Teori Kontraksi dari James Dana dan Elie de Baumant
Teori ini menyatakan bahwa kerak bumi mengalami pengerutan karena proses pendinginan di bagian dalam bumi akibat konduksi panas. Pengerutan-pengerutan itu mengakibatkan bumi menjadi tidak rata. Menurut teori ini, Bumi telah mengalami pendinginan dalam jangka waktu yang sangat lama. Massa yang panas bertemu dengan udara dingin membuatnya mengerut. Zat yang berbeda-beda menyebabkan pengerutan yang tidak sama, antara tempat satu dengan tempat yang lain. Inilah salah satu penyebab mengapa daerah satu dengan daerah lainnya berbeda bentuk. banyak dikritik, karena tidak mungkin penurunan suhu (pembentuk pegunungan dan lembah) berlangsung sangat drastis. Padahal kenyataannya, didalam bumi masih terdapat unsur pijar dan lapisan bumi yang terus mengalami pergerakan.
Teori-teori tentang proses
terbentuknya bumi
Teori Kabut(Nebula)
Teori Kabut Nebula
Sejak jaman sebelum Masehi, para
ahli telah memikirkan proses terjadinya Bumi. Salah satunya adalah teori kabut
(nebula) yang dikemukakan oleh Immanuel Kant (1755) dan Piere De
Laplace(1796).Mereka terkenal dengan Teori Kabut Kant-Laplace. Dalam teori ini
dikemukakan bahwa di jagat raya terdapat gas yang kemudian berkumpul menjadi
kabut (nebula). Gaya tarik-menarik antar gas ini membentuk kumpulan kabut yang
sangat besar dan berputar semakin cepat. Dalam proses perputaran yang sangat
cepat ini, materi kabut bagian khatulistiwa terlempar memisah dan memadat
(karena pendinginan). Bagian yang terlempar inilah yang kemudian menjadi
planet-planet dalam tata surya.
Teori Descartes dan Suess
Dalam teori ini dikatakan
bahwa ketika globe mendingin, proses menyusut terjadi dan menyusut. Kerutan ini
adalah gunung, lipatan yang kita kenal sekarang. Teori Descartes dan Suess
disebut teori kontraksi. Teori ini dikonseptualisasikan oleh Hall pada tahun
1859 yang kemudian diterbitkan oleh Dana pada tahun 1873. Teori ini bertujuan
untuk menjelaskan terjadinya batuan sedimen yang sangat tebal, ribuan meter dan
memanjang seperti di Himalaya. Pegunungan, Alpina dan Andes.
Geosinklin
Teori Geosinklin menyatakan bahwa area sempit kerak bumi telah tertekan
selama beberapa waktu sehingga sangat terendap dengan sedimen tebal. Proses
pengendapan ini menyebabkan subsidensi di dasar cekungan. Endapan sedimen yang
tebal diperkirakan berasal dari sedimen karena proses orogenesis yang membentuk
lipatan gunung dan selama proses ini endapan sedimen yang telah terbentuk akan
mengalami metamorfosis. Batuan yang cacat di dalamnya dijelaskan sebagai akibat
dari penyempitan cekungan karena terus menurunnya cekungan, sehingga batuan
terlipat dan membesar. Gerakan yang terjadi adalah gerakan vertikal karena gaya
isostasi.
Teori ini memiliki kelemahan karena tidak dapat menjelaskan asal usul
aktivitas vulkanik dengan benar dan logis. Keteraturan aktivitas vulkanik
sangat sulit dijelaskan dengan teori geosyncine. Intinya, kelompok ilmuwan
menganggap bahwa gaya yang bekerja di bumi adalah gaya vertikal. Yaitu, semua
deformasi yang terjadi karena gaya utama yang diarahkan tegak lurus ke bidang
yang dideformasi.
CONTINENTAL DRIFT FLIPING HYPOTHESA
Pada tahun 1912, Alfred Wegener, ahli meteorologi Jerman, mengedepankan konsep Continental Floats. Di Asal Usul Benua dan Lautan. Hipotesis utama adalah "benua super" yang disebut Pangea (artinya semua daratan) yang dikelilingi oleh Panthalassa (semua lautan). Lebih jauh lagi, hipotesis ini mengatakan 200 juta tahun yang lalu Pangea pecah ke benua yang lebih kecil. Dan kemudian bergerak menuju tempatnya seperti yang ditemukan hari ini. Sedangkan hipoptesis lain menyatakan bahwa pada awalnya ada dua benua super, yaitu pangaea utara yang juga disebut Laurasia, dan pangaea selatan yang juga disebut Gondwanaland.
Pada tahun 1912, Alfred Wegener, ahli meteorologi Jerman, mengedepankan konsep Continental Floats. Di Asal Usul Benua dan Lautan. Hipotesis utama adalah "benua super" yang disebut Pangea (artinya semua daratan) yang dikelilingi oleh Panthalassa (semua lautan). Lebih jauh lagi, hipotesis ini mengatakan 200 juta tahun yang lalu Pangea pecah ke benua yang lebih kecil. Dan kemudian bergerak menuju tempatnya seperti yang ditemukan hari ini. Sedangkan hipoptesis lain menyatakan bahwa pada awalnya ada dua benua super, yaitu pangaea utara yang juga disebut Laurasia, dan pangaea selatan yang juga disebut Gondwanaland.
Komentar
Posting Komentar